Khutbah Jumat Tentang Ikhlas Ketika Beramal
Khutbah Jumat Tentang Ikhlas Ketika Beramal ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 4 Rabiul Akhir 1442 H / 20 November 2020 M.
Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Tentang Ikhlas Ketika Beramal
Jama’ah, kaum muslimin rahimani warahimakumullah,
Pertama-tama kita bersyukur pada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita semua. Shalawat beriring salam tidak lupa kita limpahkan untuk Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, untuk keluarga beliau, sahabat-sahabat beliau dan umat beliau sampai hari kemudian.
Jama’ah yang dimuliakan Allah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam kitabNya, dalam surat Al-Baqarah ayat 271:
إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّـهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿٢٧١﴾
“Jika kamu menampakan sedekahmu, maka itu adalah sesuatu yang baik. Namun jika engkau sembunyikan dan engkau berikan kepada kaum fuqara, maka itu lebih baik bagimu. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 271)
Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan sebuah amal, yaitu sedekah. Satu sedekah lebih baik daripada sedekah yang lain.
Yang pertama adalah sedekah yang dinampakkan atau yang dikeluarkan secara terang-terangan. Allah mengatakan ini adalah suatu kebaikan.
إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ
“Jika kamu menampakan sedekahmu, maka itu adalah suatu yang baik.”
Sedekah itu sendiri adalah kebaikan. Dan menampakan sedekah ada kebaikan juga di dalamnya, yaitu mungkin orang lain bisa meniru apa yang kita lakukan, orang lain bisa mengikuti langkah kita bersedekah. Dan itu adalah satu kebaikan. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَنْ سَنَّ فِي الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا
“Barangsiapa yang melakukan suatu kebaikan di dalam Islam, maka baginya pahala dari kebaikan itu dan pahala orang-orang yang mengikuti kebaikan tersebut tanpa dikurangi pahala-pahala mereka sedikitpun.” (HR. Bukhari Muslim)
Demikian juga sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjuki orang kepada satu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim)
Menampakkan sedekah adalah suatu yang baik. Di antara kebaikan itu adalah sedekah kita mungkin akan menjadi inspirasi bagi orang lain.
Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan di sini level sedekah yang jauh lebih baik, jauh lebih tinggi. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
“Namun jika kamu sembunyikan sedekahmu itu dan kamu berikan kepada fakir miskin, maka itu lebih baik bagimu.”
Sisi kebaikan sedekah yang disembunyikan adalah amal-amal yang disembunyikan itu lebih terjaga keikhlasannya. Ketika kita beramal dan orang lain tidak mengetahui amal kebaikan yang kita kerjakan, maka itu akan menjaga hati kita dari hal-hal yang bisa mengganggu keikhlasan, seperti pujian, ucapan terima kasih atau balasan dari orang-orang yang menerima kebaikan itu dari kita. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mendukung hal ini. Tentang tujuh orang yang akan dinaungi pada hari kiamat dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Salah satunya adalah:
رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
“Seorang laki-laki yang mengeluarkan sedekah lalu dia menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari)
Yaitu orang-orang yang ada di sekitarnya atau orang-orang dekatnya, anak istrinya, sahabat-sahabatnya, orang tuanya atau orang-orang dekatnya tidak tahu bahwa ia telah mengeluarkan sedekah. Atau orang yang menerima sedekah itu tidak mengetahui bahwa dialah yang telah memberikan sedekah tersebut.
Demikian pula Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits yang lain yang menjelaskan bahwa amal-amal yang tersembunyi itu adalah lebih baik dan lebih disukai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai hamba yang bertakwa, kaya hati, lagi tersembunyi.” (HR. Muslim)
Hadits-hadits tersebut menguatkan ayat yang kita bacakan tadi. Bahwa amal-amal (di antaranya sedekah yang disembunyikan/dirahasiakan) itu lebih baik.
Sisi kebaikannya adalah amal itu akan terjaga keikhlasannya, kita akan bisa mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat yang lain:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّـهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا ﴿٩﴾
“Sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu untuk mengharapkan wajah Allah, kami tidak mengharapkan dari kamu balasan ataupun ucapan terima kasih.” (QS. Al-Insan[76]: 9)
Amal yang kita sembunyikan itu akan selamat dari hal-hal tersebut, orang-orang tidak mengetahuinya dan tentunya tidak akan memberikan balasan apapun atau pujian apapun terhadap amal yang kita kerjakan. Dan itu akan menjaga keikhlasan kita. Amal yang semakin tinggi kadar keikhlasannya, maka akan semakin besar nilainya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu Abdullah Ibnul Mubarok berkata:
رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ
“Berapa banyak amal-amal yang kecil menjadi besar karena niatnya (yaitu kadar keikhlasannya). Dan berapa banyak amal-amal yang besar menjadi kecil di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala juga karena kadar keikhlasannya.”
Maka dari itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menekankan kepada kita semua agar jangan menyepelekan amal-amal yang kecil.
لا تَحقِرَنَّ مِنَ المَعْرُوف شَيْئًا، وَلَو أنْ تَلقَى أخَاكَ بوجهٍ طليقٍ
“Jangan kamu remehkan amal-amal yang kecil, walaupun sekedar kamu memberikan senyuman ketika kamu bertemu dengan saudaramu.”
Artinya amal-amal yang kecil ini bisa jadi menjadi besar nilainya di sisi Allah karena kadar keikhlasannya. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan kepada kita:
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بشقِّ تَمْرَةٍ
“Bersedekahlah kamu walaupun dengan separuh buah kurma.”
Separuh buah kurma yang kita sedekahkan, tapi kalau kadar keikhlasannya itu tinggi, maka itu sangat bernilai di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Para jama’ah yang dimuliakan Allah, oleh karena itu kalau kita bicara tentang keikhlasan, ada duua sisi. Sisi yang bernama ikhlas sebagai syarat amal. Nabi mengatakan:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima sebuah amal kecuali yang ikhlas dan semata-mata mengharap wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Sisi pertama adalah ikhlas merupakan syarat diterimanya sebuah amal. Sisi kedua bahwa ikhlas merupakan salah satu barometer tinggi rendahnya sebuah amal. Semakin tinggi kadar keikhlasan, maka semakin tinggi nilainya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan melebihi orang-orang yang mungkin melakukan suatu amalan yang besar dan mungkin ditiru amalnya oleh orang lain. Namun amal yang disembunyikan yang menunjukkan indikasi keikhlasan, itu lebih besar nilainya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini membuktikan kepada kita bahwa kadar keikhlasan adalah sesuatu yang dipandang, dilihat, dinilai di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu hendaknya kita terus berusaha untuk meningkatkan kadar kaikhlasan kita.Bukan hanya sekedar ikhlas menjadi syarat sebuah amal, itu suatu perkara yang mungkin sama-sama sudah kita ketahui. Tapi lebih dari itu adalah kita meningkatkan kadar keikhlasan kita sehingga amal itu menjadi lebih tinggi nilainya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan salah satu cara meningkatkan kadar keikhlasan itu adalah dengan berupaya menyembunyikan amal tersebut dari pandangan manusia, berusaha untuk merahasiakan dan menyembunyikan amal itu dari pandangan manusia sehingga hati kita lebih terjaga dari penyakit-penyakit sum’ah, ‘ujub dan riya’.
Khutbah Kedua – Khutbah Jumat Tentang Ikhlas Ketika Beramal
Dalam satu hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada Bilal:
يَا بِلَال، حَدِّثنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلَامِ
“Wahai Bilal, amal apakah yang paling kamu andalkan di dalam Islam?”
Yaitu amal yang menjadi andalan seseorang ketika berhadapan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setiap orang harus memiliki amal-amal yang diandalkannya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini terjadi ketika Nabi mendengar suara terompah Bilal di dalam surga. Dan paginya Nabi memanggil Bilal dan bertanya kepada Bilal: “Wahai Bilal, tadi malam aku mendengar suara terompahmu di dalam surga,” ini menunjukkan bahwa Bilal merupakan ahli surga/sudah dijamin masuk surga.
Kemudian Nabi bertanya kepada Bilal: “Apakah amalan yang paling kamu andalkan di dalam Islam?” Maka Bilal menyebutkan salah satu amal yang dikerjakannya.
Kita tahu para jamaah yang dimuliakan Allah bahwa Bilal ini banyak sekali amalnya. Dia adalah seorang budak yang dibebaskan dan mempertahankan tauhidnya/Islamnya dengan siksaan dari majikannya. Sehingga dia dibebaskan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq setelah melewati siksaan yang keras untuk mempertahankan Islam. Kemudian Bilal termasuk salah seorang Muhajirin yang berhijrah dari Mekah ke Madinah, dia meninggalkan segala harta benda di Mekah dan pergi ke Madinah. Bilal juga merupakan salah seorang muadzin pertama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disamping Abdullah bin Ummi Maktum. Bilal termasuk sahabat yang pernah berhidmat, menjadi khadim Nabi 10 tahun. Dan Bilal adalah satu-satunya sahabat yang tidak pernah absen berjihad bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bilal mengikuti semua peperangan yang diikuti Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan banyak lagi amal-amal besar Bilal lainnya. Namun ketika Nabi bertanya kepadanya: “Kira-kira amal apa yang paling kamu andalkan di dalam Islam?” Maka Bilal menjawab:
“Ya Rasulullah, tidaklah aku berhadats melainkan aku berwudhu dan mengerjakan shalat semampu yang bisa aku kerjakan.”
Amal ini mungkin tidaklah begitu besar dibandingkan dengan amal-amal Bilal yang lainnya yang tentunya jauh lebih besar. Amal ini bisa dilakukan oleh setiap kita di sini. Berhadats, kemudian kita berwudhu dan kita mengerjakan shalat semampu yang kita kerjakan, minimal dua rakaat. Ini bisa kita lakukan. Adapun amal-amal Bilal lainnya mungkin tidak bisa kita lakukan. Seperti berhijrah, tidak mungkin lagi berhijrah hari ini dari Mekah ke Madinah. Berperang bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Nabi sudah wafat. Berhidmat kepada Nabi, Nabi juga sudah wafat. Menjadi muadzin Nabi juga tidak mungkin. Amal-amal itu tidak mungkin kita lakukan, tapi amal ini bisa dilakukan oleh semua kita di sini, yaitu ketika berhadats kita berwudhu lalu shalat semampu yang bisa kita kerjakan.
Ini yang dijawab oleh Bilal kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Maka Nabi mengatakan: “Itulah sebabnya kamu mendapatkan surga dan menjadi penghuni surga.”
Para jamaah yang dimuliakan Allah, hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa setiap orang, setiap muslim, hendaklah menyiapkan satu amal yang bisa dia andalkan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, amal yang dengannya dia berharap mendapatkan karunia, ridha, rahmat dan maghfirah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hendaklah itu adalah amal yang paling ikhlas dia kerjakan, yang paling tersembunyi yang mungkin tidak ada orang yang tahu.
Kita tahu kisah tiga orang yang terkurung di dalam Goa lalu masing-masing bertawasul dengan amal shalih mereka. Mereka menyebutkan amal yang paling mereka andalkan, yaitu amal yang mereka lakukan dengan ikhlas, yang memiliki kadar keikhlasan yang lebih tinggi daripada amal-amal lainnya, yang dengan itu ketiga orang ini selamat dari kematian, selamat dan keluar dari Goa tersebut dengan selamat. Itu di dunia, demikian juga nantinya di akhirat.
Demikianlah, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita hamba-hamba yang beruntung, yaitu hamba-hamba yang mendengar nasihat dan yang mengamalkan yang terbaik darinya.
Download mp3 Khutbah Jumat Tentang Ikhlas Ketika Beramal
Lihat juga: Khutbah Jumat Singkat Tentang Menjaga Amal
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat Tentang Ikhlas Ketika Beramal” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49567-khutbah-jumat-tentang-ikhlas-ketika-beramal/